TALKSHOW PENGUATAN JEJARING ALUMNI FK UNDIP

Semarang, ikaundip.org. Acara BenConnect yang bertujuan menjaring alumni Undip telah sampai pada seri kelima, yang kali ini berfokus pada jaringan alumni Fakultas Kedokteran (FK) Undip, DPP IKA Medica. Talkshow yang digelar pada Rabu (28/7) ini berlangsung secara daring dengan menghadirkan lima narasumber.

Kelima narasumber itu adalah Kombes Pol. Dr. dr. Sumy Hastry Purwanti, DFM., Sp.F (Kabidokkes Polda Jateng), dr. Michael Buyung Nugroho (Director in charge of Kalbe Digital Health & Kalbe International), Dewi Fatmaningrum, S.Gz., M.Gizi (Food and Agriculture Organization of the United Nations), Widagdo, MD., M.Si., Med., M.Sc., Ph.D., (The Parmaceutical Company of Johnson & Johnson), dan Yuda Ayu Timorita, S.Kep.,Ns., M.Kep. (Dosen Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kendal).

Bertindak sebagai moderator, dr. Setya Dipayana, Sp.A (Dokter spesialis anak RSUD Tugurejo dan RS Bakti Wiratamtama). Acara ini dihadiri oleh Plt. Wakil Rektor 3 Undip, Dwi Cahyo Utomo, S.E., M.A., Ph.D., juga Dekan FK Undip, Prof. Dr. dr. Dwi Pudjonarko, M.Kes., Sp.S(K) dan jajarannya, serta Kepala Kantor Pemeringkatan Undip, Prof. Dr. Denny Nugroho, ST., M.Si.

Dr. dr. Cahyono Hadi, S.H., Sp.OG (K), Ketua IKA Medica Undip dalam sambutannya mengingatkan agar para alumni FK Undip tetap bersinergi demi membangun negeri. Ia mengungkapkan, pandemi Covid-19 telah merenggut banyak nyawa tenaga medis sebagai teman-teman satu profesi dari lulusan FK Undip. “Pandemi ini membawa begitu banyak luka kepada kita semua. Kita kehilangan begitu banyak anggota kita. Begitu banyak sektor kehidupan yang perlu kita bangkitkan kembali. Saya mengajak para alumni untuk sama-sama bergandeng tangan merapatkan barisan untuk membangun negeri,” ujarnya.

Kelima narasumber yang hadir menceritakan pengalaman profesi masing-masing. Hastry yang kini menjabat Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan di instansi Kepolisian Daerah mengungkapkan, ia menjadi dokter forensik sejak tahun 2005. Selain membantu penyidik untuk kasus-kasus kekerasan dan pembunuhan, Hastry juga ikut menangani kasus-kasus besar seperti terorisme pada peristiwa bom Bali. “Penting sekali untuk membantu penyidik atas suatu kasus yang diperlukan. Sampai sekarang kadang masih melakukan otopsi karena memang passion-nya di sini sebagai dokter forensik,” ujarnya.

Mikhael yang berprofesi di bidang industri farmasi menjelaskan adanya tantangan transformasi kesehatan di masa sekarang. Menurutnya ruang lingkup digital mau tidak mau harus diadaptasikan di bidang kedokteran. “Pasien sekarang tidak perlu ambil darah sebulan sekali, bisa cek tekanan darah dari smartphone misalnya. Kondisi ini mau tidak mau harus dihadapi di dalam dunia kesehatan termasuk di industri ini,” jelasnya.

Sedangkan Widagdo yang bekerja di Divisi Clinical Development J&J menuturkan, “di divisi ini  tujuannya untuk mendesain semua uji klinis yang dibutuhkan agar produk tersebut aman untuk dipasarkan, seperti vaksin itu perlu diuji dalam fase 1, fase 2, dan fase 3. Pengujian vaksin pun bisa berlangsung selama 5  10 tahun.”

Sementara itu, Dewi lebih menekankan banyaknya prospek kerja bagi lulusan gizi yang tidak mesti berkutat sebagai ahli gizi di rumah sakit. Pekerjaan-pekerjaan itu seperti entrepreneur, industri makanan, konsultan, peneliti, pengajar, penulis, dan sebagainya. Untuk itulah, Dewi mengingatkan pentingnya mengetahui passion yang dimiliki sebelum mahasiswa lulus dan mulai menentukan pekerjaan. “Memang tahu passion itu paling utama di sini. Adik-adik mahasiswa ini bisa dimulai dari sekarang passion-nya ingin di mana,” ujarnya.

Setuju dengan Mikhael mengenai tantangan yang dihadapi dalam lingkup kerja, Dewi menuturkan bahwa softskill merupakan penunjang yang harus dimiliki. “Softskill menjadi sangat penting, entah leadership-nya, teamwork, komunikasi, kemampuan untuk problem solving, work ethic, dan kemampuan untuk bisa beradaptasi,” jelasnya.

Sejalan dengan Dewi, Yuda menambahkan pentingnya networking di dunia kerja selain kemampuan softskill. Menjalin relasi bisa dilakukan dalam berbagai hal, seperti mengikuti berbagai pelatihan, hingga bergabung dalam organisasi dan komunitas. Sebagai seorang dosen ia pun tetap rajin mengikuti pelatihan-pelatihan surveyor. “Networking itu penting, jaringlah relasi dengan banyak orang sehingga bisa sampai nasional,” pungkasnya.